Rasulullah bersabda: “Barangsiapa pergi ke masjid baik pagi atau sore hari, maka Allah akan menyediakan satu tempat tingal di surga setiap kali dia pergi.” (Muttafaq Alaih).
Ibnu Mas’ud berkata: “Barangsiapa ingin berjumpa dengan Allah sebagai seorang muslim, hendaklah benar-benar menjaga shalat pada waktunya ketika mendengar suara adzan. Sesungguhnya Allah telah menganjurkan kepada Nabimu langkah-langkah untuk mendapatkan kebaikan yaitu, shalat berjama’ah di masjid yang diserukan adzan di dalamnya. Seandainya kamu shalat di rumahmu…maka berarti kamu telah meninggalkan sunnah Nabimu. Jika kamu meninggalkan sunnah Nabimu, maka sesatlah kamu.”
Ali bin Abi Thalib ra. berkata: “Barangsiapa dari tetangga masjid mendengar seruan adzan lalu dia tidak memenuhinya sedang dia dalam keadaan sehat, tidak ada udzur (halangan), maka tidak ada shalat baginya.”
Shalat itu ada waktunya sendiri-sendiri, seperti yang ditunjukkan Quran dan hadis. Dan salah satu amalan yang paling dicintai Allah, menurut salah satu hadis, adalah shalat pada awal waktunya.. Siapa selalu mengakhirkan shalat tanpa udzur yang dibenarkan, ia seperti meremehkan shalat dan melalaikannya. “Maka kecelakaan besar bagi orang-orang Shalat ; (yaitu) mereka yang lalai dari menyempurnakan salatnya” (Al Maun: 4-5 )
Identitas seorang muslim tidak terlepas dari amaliyah ibadah shalat, karena shalat merupakan ciri yang membedakan antara pribadi muslim dengan orang kafir. Orang muslim yang Islamnya benar, pasti melakukan ibadah shalat penuh dengan kesungguhan dan kekhusyu’an seraya berjamaah. Sedangkan bagi mereka yang Islamnya hanya pengakuan saja, shalat hanya sekedar lambang atau keinginan untuk mendapatkan pengakuan. Padahal, shalat bukanlah sekumpulan gerakan dan bacaan yang kosong dari makna dan tujuan, tetapi ia adalah ibadah yang mengandung arti yang dalam dan berisi pelajaran yang berharga.
Shalat adalah kunci diterima atau tidaknya semua amal manusia. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Amal yang pertama kali dihisab dari amalan seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya, maka jika shalatnya baik, berbahagialah dia, dan jika shalatnya rusak, rugilah dia dan sia-sialah usahanya.” (HR. Thabrani)
Imam Ahmad dalam sebuah nasihat kepada putranya Abdullah pernah berkata; “Hai anakku, Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam telah menegaskan: “Tidak ada keberuntungan sama sekali dalam Islam untuk orang yang meninggalkan shalat.”
Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa meninggalkan sholat hingga terlewat waktunya, lalu mengadanya, ia akan disiksa di neraka selama satu huqub (80 tahun).... Sedangkan ukuran satu hari di akhirat adalah 1.000 tahun di dunia.” Demikian tertulis dalam kitab Majalisul Akbar.
Disebutkan dalam hadis lain, barang siapa meninggalkan sholat tanpa alasan yang dibenarkan syariat, pada hari kiamat Allah SWT tidak akan memedulikannya, bahkan Allah SWT akan menyiksanya dengan azab yang pedih. Diriwayatkan, pada suatu hari Rasulullah SAW berkata, ”Katakanlah, ya Allah, janganlah Engkau jadikan seorang pun di antara kami celaka dan diharamkan dari kebaikan.”“Tahukah kalian siapakah orang yang celaka, dan diharamkan dari kebaikan?”“Siapa, ya, Rasulullah?” “Orang yang meninggalkan sholat,” jawab Rasulullah. Dalam hadis yang berhubungan dengan peristiwa Isra Mi'raj, Rasulullah SAW mendapati suatu kaum yang membenturkan batu ke kepala mereka. Setiap kali kepala mereka pecah, Allah memulihkannya seperti sedia kala. Demikianlah mereka melakukannya berulang kali. Lalu, beliau bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”
“Mereka adalah orang-orang yang kepalanya merasa berat untuk mengerjakan sholat,” jawab Jibril.
Diriwayatkan pula, di neraka Jahanam ada suatu lembah bernama Wail. Andaikan semua gunung di dunia dijatuhkan ke dalamnya akan meleleh karena panasnya yang dahsyat. Wail adalah tempat orang-orang yang meremehkan dan melalaikan sholat, kecuali jika mereka bertobat.
Lebih lanjut Iman Ahmad berkata, Umar bin Khaththab pernah mengirim surat peringatan kepada semua wali negeri (gubernur), di dalamnya beliau berkata: “Hai para wali, sesungguhnya tugas yang aku pandang paling penting adalah shalat. Maka barangsiapa memelihara shalat, niscaya dia telah memelihara agamanya. Orang yang menyia-nyiakan shalat, maka ibadah lainnya pasti lebih dia sia-siakan. Tidak ada bagian apa-apa dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.” Karena itu, hai Abdullah, orang yang menyia-nyiakan shalat dan meremehkannya berarti ia menyia-nyiakan dan meremehkan Islam. Keberuntungan seorang hamba dalam Islam adalah menurut keberuntungan yang ia peroleh dalam shalat, kesenangan mereka kepada Islam, adalah menurut kesenangannya kepada shalat.”
Ingatlah akan dirimu hai Abdullah dan waspadalah, jangan sampai kamu menjumpai Allah dalam keadaan tidak menghargai Islam. Kadar penghargaan yang diberikan seseorang kepada Islam adalah sekedar harga shalat dalam jiwanya.”
Allah menyebut orang-orang yang mema’murkan dan meramaikan masjid. Kemudian Allah menerangkan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang beriman dan mengerjakan berbagai amal shalih –induknya adalah shalat dan zakat- serta takut kepada Allah yang merupakan pangkal segala kebaikan. Allah berfirman:
[Sesungguhnya yang meramaikan masjid-masjid Allah itu ialah orang-orang yang beriman kepadaNya dan hari akhir, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) kecuali hanya kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapatkan petunjuk] (QS. At-Taubah: 18)
Sungguh
kehadiran Anda ke masjid untuk medirikan shalat dengan berjamaah adalah suatu
bentuk memakmurkan rumah-rumah Allah (masjid-masjid). Sedangkan wasiat terbaik
untuk diri saya dan Anda ialah: Marilah kita dirikan shalat-shalat kita dengan
berjamaah, agar menjadi cahaya dan bukti bagi kita pada hari kiamat. Dan jangan
lupa yang lebih spesial lagi, yaitu shalat Fajar (Shubuh). Sesungguhnya manusia
pada saat sekarang ini telah dikalahkan oleh nafsunya, telah menjadi lemah
imannya, bertambah sedikit kadar takutnya dan telah mati rasa kecemburuannya
terhadap agama. Mereka tidak memelihara shalat Fajar bersama imam dan berjamaah
dengan dalih amat lemah yang lebih lemah dari pada rumah laba-laba.
Dalam Kitab Tarhib wat Tahdzib, sebuah hadits,
Rasulullah SAW telah bersabda:
”Barangsiapa menjaga
dan memelihara shalatnya, Allah akan memuliakan kepadanya dengan lima perkara:
1. Dihilangkan kesempitan/ kesulitan hidup dan
kehidupanya.
2. Di bebaskan dari siksa kubur.
3. Diberi Allah dapat menerima buku catatan amal dengan tangan kananya.
4. Dan dapat berjalan melewati ”Jembatan” shirotol mustaqim dengan cepat seperti kilat.
5. Masuk syurga tanpa di hisab.
2. Di bebaskan dari siksa kubur.
3. Diberi Allah dapat menerima buku catatan amal dengan tangan kananya.
4. Dan dapat berjalan melewati ”Jembatan” shirotol mustaqim dengan cepat seperti kilat.
5. Masuk syurga tanpa di hisab.
‘Utsman bin ‘Affan ra berkata :
“barang siapa selalu mengerjakan
shalat lima waktu tepat pada waktu utamanya, maka Allah akan memuliakannya
dengan sembilan macam kemuliaan, yaitu :
- dia dicintai Allah
- badannya selalu sehat
- keberadaannya selalu dijaga oleh malaikat
- rumahnya diberkahi
- wajahnya menampakkan jati diri orang shalih
- hatinya dilunakkan oleh Allah
- dia akan menyeberang shirath (jembatan di atas neraka) seperti kilat
- dia akan diselamatkan Allah dari api neraka, dan
- Allah akan menempatkannya di surg akelak bertetangga dengan orang-orang yang tidak ada rasa takut bagi mereka dan tidak pula bersedih hati.”
10. Rasulullah saw bersabda :
11. “barang siapa senantiasa memelihara shalat lima waktu, maka kelak shalatnya
itu akan menjadi cahaya, hujjah, dan suber keselamatan baginya pada hari
Kiamat. Barang siapa tidak memelihara shalat, maka dia tidak akan memperoleh
cahaya, hujjah, juga tidak memperoleh keselamatan, dan pada hari Kiamat nanti
akan ditempatkan bersama Fir’aun, Qarun, haman, dan Ubay binb Khalaf.” (HR Ibnu
Nashr)
Sebaliknya:
”Barangsiapa ’anggegampang’
menyepelekan shalat, artinya tidak menjaga dan memelihara shalat dengan baik
(apalagi tidak melaksanakan), Allah akan menyiksanya dengan 15 macam siksa. 6
siksa di dunia, 3 menjelang mati, 3 di dalam kubur, dan 3 di akhirat.
“Enam (6) macam selagi masih di alam dunia:
“Enam (6) macam selagi masih di alam dunia:
1.Umurnya tidak diberi barokah.
2. Tanda-tanda sebagai orang sholeh di hapus dari wajahnya.
3. Semua amal yang dilakukan oleh Allah tidak diberi pahala.
4. Doanya tidak dapat naik keatas langit, artinya doanya tidak diterima oleh Allah SWT.
5. Tidak dapat bagian doanya orang-orang shalih.
6. Keluar ruhnya/ mati tidak membawa iman (su’ul khatimah).”
2. Tanda-tanda sebagai orang sholeh di hapus dari wajahnya.
3. Semua amal yang dilakukan oleh Allah tidak diberi pahala.
4. Doanya tidak dapat naik keatas langit, artinya doanya tidak diterima oleh Allah SWT.
5. Tidak dapat bagian doanya orang-orang shalih.
6. Keluar ruhnya/ mati tidak membawa iman (su’ul khatimah).”
Adapun siksa menjelang
kematian ada tiga (3):
1. Dalam keadaan hina.
2. dalam keadaan lapar.
3. dalam keadaan haus.
2. dalam keadaan lapar.
3. dalam keadaan haus.
Begitu juga, siksa dalam
kuburnya ada tiga (3):
1.Kuburnya disempitkan oleh Allah, menyempitnya
sampai tulang-tulangnya berserakan.
2. Didalam kuburnya dinyalakan api dan di panggang siang dan malam di bolak-balik di atas api.
3. Di dalam kubur di belit ular.
2. Didalam kuburnya dinyalakan api dan di panggang siang dan malam di bolak-balik di atas api.
3. Di dalam kubur di belit ular.
Sedangkan tiga siksaan yang didapat dalam kubur ialah,
kubur mengimpitnya hingga tulang-belulangnya berantakan, kuburnya dibakar
hingga sepanjang siang dan malam tubuhnya berkelojotan menahan panas, tubuhnya
diserahkan kepada seekor ular bernama Asy-Syujaul Aqra. Kedua mata ular itu berupa api dan kukunya
berupa besi, kukunya sepanjang satu hari perjalanan. ”Aku diperintahkan oleh
Allah SWT untuk menyiksamu, karena engkau mengundurkan sholat Subuh hingga
terbit matahari, mengundurkan sholat Zuhur hingga Asar, mengundurkan sholat
Asar hingga Magrib, mengundurkan sholat Magrib hingga Isya, dan mengundurkan
sholat Isya hingga Subuh,” kata ular itu. Setiap kali ular itu memukul, tubuh
mayat tersebut melesak 70 hasta, sekitar 3.000 meter, ke dalam bumi. Ia disiksa
dalam kubur hingga hari kiamat. Di hari kiamat, di wajahnya akan tertulis
kalimat berikut: Wahai orang yang mengabaikan hak-hak Allah, wahai orang yang
dikhususkan untuk menerima siksa Allah, di dunia kau telah mengabaikan hak-hak
Allah, maka hari ini berputus asalah kamu dari rahmat-Nya.
Sementara tiga (3) siksa di
akhirat saat menjelang pengadilan Allah:
1. Di datangi malaikat dan merantainya dan
menyeretnya sambil mengumumkan,
“Inilah pembalasan bagi orang yang menyia-nyiakan kewajiban-kewajiban Allah.”
2. Allah tidak mau melihatnya.
3. Allah tidak membersihkan kotoran-kotoran dosa yang dilakukanya, dia mendapat siksa yang sangat pedih.
“Inilah pembalasan bagi orang yang menyia-nyiakan kewajiban-kewajiban Allah.”
2. Allah tidak mau melihatnya.
3. Allah tidak membersihkan kotoran-kotoran dosa yang dilakukanya, dia mendapat siksa yang sangat pedih.
Adapun tiga siksaan
yang dilakukan ketika bertemu dengan Allah SWT adalah, pertama, ketika langit
terbelah, malaikat menemuinya, membawa rantai sepanjang 70 hasta untuk mengikat
lehernya. Kemudian memasukkan rantai itu ke dalam mulut dan mengeluarkannya
dari duburnya. Kadang kala ia mengeluarkannya dari bagian depan atau belakang
tubuhnya. Malaikat itu berkata, ”Inilah balasan bagi orang yang mengabaikan
kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah.” Ibnu Abas berkata, ”Andai
kata satu mata rantai itu jatuh ke dunia, niscaya cukup untuk membakarnya.”
Kedua, Allah tidak memandangnya. Ketiga, Allah tidak menyucikannya, dan ia memperoleh siksa yang amat pedih. Demikianlah ancaman bagi orang-orang yang sengaja melalaikan sholat. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada orang yang bersegera menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya. Amin..
Di antara menjaga shalat yang baik adalah melaksanakannya secara khusyu’ dan berjama’ah.
Shalat yang Khusyu’Kedua, Allah tidak memandangnya. Ketiga, Allah tidak menyucikannya, dan ia memperoleh siksa yang amat pedih. Demikianlah ancaman bagi orang-orang yang sengaja melalaikan sholat. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada orang yang bersegera menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya. Amin..
Di antara menjaga shalat yang baik adalah melaksanakannya secara khusyu’ dan berjama’ah.
Menurut kebanyakan ulama yang dimaksud dengan khusyu’ adalah, “Menundukkan menenangkan hati serta anggota badan kepada Allah Suhanahu Wa Ta’ala.”
Jadi, shalat seseorang dapat dikatakan khusyu’ manakala selama shalat tersebut hati dan pikirannya senantiasa tertuju kepada Allah Ta’ala. Rasulullah Shalalahu Alaihi Wasallam bersabda: “Bahwasanya seorang hamba sungguh mengerjakan shalat, padahal tidak ditulis baginya kecuali setengahnya, sepertiganya, seperempatnya, seperlimanya sampai sepersepuluhnya. Sesungguhnya yang ditulis untuk seseorang dari shalatnya hanyalah sekedar yang dapat ia pahami dari padanya.” (HR. Ahmad dan Abu Daud dari Amar bin Yasir)
Adapun cara untuk mengkhusyu’kan shalat antara lain; Ihsan, yaitu merasa diawasi Allah yang Maha Kuasa. Memahami makna bacaan Qur’an dan dzikir-dzikir yang dibaca dan menghayati kandungannya. Memanjangkan ruku’ dan sujudnya. Muhammad Al-Bahry berkata, “Di antara pekerjaan yang menghasilkan khusyu’ adalah memanjangkan ruku’ dan sujudnya.”
Jangan memain-mainkan anggota badan. Hendaknya memandang ketempat sujud walaupun bermata buta atau shalat di samping Ka’bah. Berupaya menjauhkan diri dari segala hal yang membimbangkan hati. Karena itu jangan shalat di atas tikar atau sajadah yang bergambar dan jangan shalat sambil menahan buang air besar atau kecil.
Dengan upaya-upaya di atas, diharapkan shalat yang dilaksanakan lebih mendekatkan kepada kekusyu’an dalam shalat. Sehingga ibadah shalat yang dikerjakan minimal lima kali dalam sehari ini tidak menjadikan kita orang-orang merugi.
Shalat Berjamaah
Begitu tinggi nilai yang Allah berikan kepada orang mukmin yang shalat dengan berjamaah, sehingga Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam pun bersabda: “Shalat berjama’ah itu lebih utama dari pada shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar ra.)
Tak heran jika Islam sangat menuntut agar muslimin melaksanakan shalat bejamaah di setiap masjid. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” (QS. Al-Baqarah: 34)
Menurut catatan kaki “Al-Qur’an dan terjemahnya” Departemen Agama RI, yang dimaksud dengan kalimat “ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’ adalah shalat berjamaah.
Pada ayat lain Allah berfirman, “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kecuali kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-taubah: 18)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar